Ceritanya malam itu murid saya sudah pulang. Saya tidak pulang. Pulang kemana? Orang itu rumah saya. Saat itu rumah saya sedang tidak ada orang. ya selain saya, kalau saya masih dianggap orang. Saya teringat harus memasukkan motor kedalam rumah dan mengunci pintu rumah supaya motor bisa dikeluarkan lagi besok. Tapi semilir angin malam yang sejuk, bulan yang pucat seperti malu untuk bersinar terang-terang kali takut dibilang pamer, anak tetangga yang main suling mungkin buat tugas sekolah atau memang punya hobi dan bakat, karena main sulingnya bagus. Semua bikin saya malas untuk turun dari balkon. Jadilah saya tiduran di balkon. Andai pembicaraan bisa dilakukan sendiri maka saya ikhlas jika waktu harus berhenti saat itu. Tapi tidak. maka saya undanglah seorang teman mengobrol.
Halo. Aku adalah laki laki malam, Begitu dia menyebut dirinya. Toh saya sudah tahu siapa dia, tetapi tetap ia sebut namanya sebelum duduk bersila di karpet kecil tempat saya mempersilahkan murid saya duduk selagi saya mengajar. Saya juga yakin dia kenal saya tapi tetap juga saya perkenalkan diri saya. Kemudian hening. kami berdua terdiam.
Saya juga tidak mengerti. Saya membutuhkan teman bicara saat itu. Tetapi ketika dia datang tak satupun pembicaraan yang dibicarakan. Ada sesuatu pada laki-laki malam yang membuat kita tak gampang bicara. Laki-laki malam itu seusia kita, dengan pembawaannya jauh lebih dewasa. Namun nada bicaranya memancarkan ketulusan khas anak-anak.
Habis ngajar apa mas? Lakilaki malam bertanya. Basa-basi. Dia tidak sekolah untuk mengerti kurikulum. Tapi hanya orang jahat yang menolak basa-basi dan saya tidak mau jadi orang jahat. Maka saya jawablah tentang benda langit. Tentang hukum kepler. Tentang Jarak antara benda langit.
Keren mas. Mas pintar ya? Nampaknya bukan basa-basi karena nadanya benar-benar kagum. Saya jadi malu sendiri. Mungkin saya terlalu banyak bicara didepan tamu saya. Tapi di atas karpet dan dalam posisi bersila itu. Body Rhythym saya mengingatkan bahwa saya adalah pengajar. Dan banyak bicara adalah yang saya lakukan kalau mengajar. Mungkin saya lakukan kalau sedang yang lain juga. Saya jadi malu sendiri kalau mikir itu.
Iya, tapi yang tadi saya jelasin cuma yang saya baca aja mas. Saya sendiri ga pernah ke angkasa luar. Sepengelihatan saya bintang itu ya ga sejauh itu satu sama lain. Dan ukurannya kecil-kecil. Kayak yang kita liat sekarang. Saya bilang ke lelaki malam.
Dia menjawab : Memang mas, antara satu bintang dan yang lain itu berjauhan. Tapi kalau mas liatnya dari sini juga ga salah sih. Tergantung mas liatnya aja. Tapi meski jauhan mereka ga kesepian kok mas.
Kenapa bisa?
Ya soalnya masing-masing mereka kan punya planet. Emang kalau untuk tidak kesepian harus bergaul sama bintang lain mungkin mereka ya akan. Tapi mereka menyenangkan diri mereka dengan tau ada planet-planet di sekeliling mereka mas.
Hmm..
Bahkan planet-planet itu menjadikan mereka pusat revolusi. Ya mereka berusaha cukup dengan itu. Dan menurut saya itu juga lebih dari cukup. Ya kan?
Mas ngerti banget ya soal perbintangan.
Saya laki-laki malam mas.
Iya ya. agak bodoh juga saya mengajarkan tentang bintang ke laki-laki malam. Bintang-bintang itu berumah kepadanya. Saya lanjutkan bertanya : Kalau gitu mas, di suatu tempat di bintang yang jauh itu.. apa ada anak kuliahan yang selepas mengajarnya menengadah untuk mengagumi bintang-bintang seperti disini? Yang bosan skripsian dan mencari-cari alasan agar bisa menunda. Yang merasa tidak aman dengan bahaya di sekeliling yang belum tentu ada?
Di bintang mana yang mas maksud?
yaaa dimanapun. di salah satu dari bintang yang tak terbatas itu.
Emangnya kenapa mas?
Yaa saya amaze aja kalau ternyata saya ga sendirian menjadi saya. Bahwa disuatu tempat yang tak terbatas itu ada yang bernasib sama dan mencari keamanan seperti saya. Kalau ada mungkin saya akan merasa sedikit lebih aman dan saya ingin mas sebagai lelaki malam sebisa mungkin membuat dia merasa lebih aman seperti mas buat saya kalau mas menjawab dia ada.
Mungkin ada mas disuatu tempat. Kalau alam semesta tak hingga kan disuatu titik pasti ada kejadian yang berulang mas. Mungkin ada yang serupa persis dengan mas. tapi akhirnya itu berarti kan mas iru sendiri?
Iya juga ya.
Ya lagipula akan tidak relevan mas karena jaraknya akan jauh sekali. Lagipula buat apa mas iru cari keamanan jauh-jauh kalau bisa cari keamanan yang dekat?
Susah mas. Lagian siapa tau nanti ada alat buat jalan-jalan ke bintang yang kecepatannya bisa dalam tahunan cahaya.
Perjalanan seperti itu mungkin ga ya mas?
Gatau juga. Kan mas yang laki laki malam.
Kan mas yang ngajar SMA
Dan malam pun makin larut. Motor masih belum masuk ke rumah. Dan Pintu masih belum terkunci. Tapi adanya semilir angin, bulan yang sudah tidak lagi pucat malu, dan adanya teman bicara meski tak lagi diiringi permainan suling anak tetangga, membuat saya makin malas bergerak turun.
Dia menambahkan : Perjalanan bintang itu sulit mas meski pun sudah ada alat transportasi berkecepatan tahunan cahaya. Karena sebelum pergi kita harus tahu dulu mau pergi kemana. Dan agar kita tau kemana kita mau pergi bukan kita harus menganalisa dan menilai apakah tempat yang kita tuju sesuaikah dengan tempat yang ingin kita jadikan tujuan?
Kita bisa cek pakai teleskop Bintang super besar kan? sekarang sudah banyak kok.
Tapi mas. Karena bintang yang kita lihat itu jaraknya tahunan cahaya, mungkin sekarang itu bukan lagi apa yang kita lihat. Karena yang kita lihat itu adalah masa lalu dari bintangnya mas. Nanti kalau kita sudah menentukan tujuan perjalanan dan ternyata tujuannya tidak sesuai kriteria tempat yang ingin kita tuju, bukannya cuma kecewa yang kita dapat?
Bener mas. I can relate to that.
Nah. Permennya boleh mas?
Dia menunjuk ke bungkus permen yang ada di karpet. Juga bekas saya mengajar. Tentu saya persilakan. Karena saya adalah tuan rumah yang baik. Melihat dia makan permen saya juga ingin. Maka saya ambil satu permen. Saya baca tulisannya. " Please deh.." tulisan dari bungkus permen itu. Fortune Cookies murahan.
Kira-kira cahaya macam apa ya yang bumi pancarkan? saya lanjut bertanya
Iya cahaya yang cuma bumi bisa pancarkan.
Kalau ada wujud kehidupan lain di luar sana, mungkin mereka juga mengamati semesta dari teleskop bintang mereka sendiri. Dan kalau gitu, apa ya yang mereka liat ketika mereka ngeliat bumi.
Masa lalu bumi mas yang jelas.
Mungkin kita perlu melakukan perjalanan angkasa bukan untuk pergi kemana mana. Mungkin kita bisa jalan-jalan untuk liat bumi dari jauh, dan liat cahaya apa yang bumi pancarkan. Apa masa lalu bumi. Apa masa lalu kita. Apa yang kita perbuat. Apa bisa bikin kita bangga. Apa ngga. Apa yang bisa dipelajari..
Apa perlu kita keluar angkasa cuma untuk itu mas iru?
Iya juga kayaknya ga perlu, ga saya bilang cuma dalam hati. Aah ya inilah malam. Ini hal yang dia lakukan. Rasa aman yang disediakan oleh siang, ditelanjanginya bulat-bulat. Dan kemudian dia pun pamit pergi. Meninggalkan saya sendiri lagi. Dan motor masih belum masuk. Duh nanti hilang lagi. Bergegaslah saya meninggalkan balkon.
Saya juga tidak mengerti. Saya membutuhkan teman bicara saat itu. Tetapi ketika dia datang tak satupun pembicaraan yang dibicarakan. Ada sesuatu pada laki-laki malam yang membuat kita tak gampang bicara. Laki-laki malam itu seusia kita, dengan pembawaannya jauh lebih dewasa. Namun nada bicaranya memancarkan ketulusan khas anak-anak.
Habis ngajar apa mas? Lakilaki malam bertanya. Basa-basi. Dia tidak sekolah untuk mengerti kurikulum. Tapi hanya orang jahat yang menolak basa-basi dan saya tidak mau jadi orang jahat. Maka saya jawablah tentang benda langit. Tentang hukum kepler. Tentang Jarak antara benda langit.
Keren mas. Mas pintar ya? Nampaknya bukan basa-basi karena nadanya benar-benar kagum. Saya jadi malu sendiri. Mungkin saya terlalu banyak bicara didepan tamu saya. Tapi di atas karpet dan dalam posisi bersila itu. Body Rhythym saya mengingatkan bahwa saya adalah pengajar. Dan banyak bicara adalah yang saya lakukan kalau mengajar. Mungkin saya lakukan kalau sedang yang lain juga. Saya jadi malu sendiri kalau mikir itu.
Iya, tapi yang tadi saya jelasin cuma yang saya baca aja mas. Saya sendiri ga pernah ke angkasa luar. Sepengelihatan saya bintang itu ya ga sejauh itu satu sama lain. Dan ukurannya kecil-kecil. Kayak yang kita liat sekarang. Saya bilang ke lelaki malam.
Dia menjawab : Memang mas, antara satu bintang dan yang lain itu berjauhan. Tapi kalau mas liatnya dari sini juga ga salah sih. Tergantung mas liatnya aja. Tapi meski jauhan mereka ga kesepian kok mas.
Kenapa bisa?
Ya soalnya masing-masing mereka kan punya planet. Emang kalau untuk tidak kesepian harus bergaul sama bintang lain mungkin mereka ya akan. Tapi mereka menyenangkan diri mereka dengan tau ada planet-planet di sekeliling mereka mas.
Hmm..
Bahkan planet-planet itu menjadikan mereka pusat revolusi. Ya mereka berusaha cukup dengan itu. Dan menurut saya itu juga lebih dari cukup. Ya kan?
Mas ngerti banget ya soal perbintangan.
Saya laki-laki malam mas.
Iya ya. agak bodoh juga saya mengajarkan tentang bintang ke laki-laki malam. Bintang-bintang itu berumah kepadanya. Saya lanjutkan bertanya : Kalau gitu mas, di suatu tempat di bintang yang jauh itu.. apa ada anak kuliahan yang selepas mengajarnya menengadah untuk mengagumi bintang-bintang seperti disini? Yang bosan skripsian dan mencari-cari alasan agar bisa menunda. Yang merasa tidak aman dengan bahaya di sekeliling yang belum tentu ada?
Di bintang mana yang mas maksud?
yaaa dimanapun. di salah satu dari bintang yang tak terbatas itu.
Emangnya kenapa mas?
Yaa saya amaze aja kalau ternyata saya ga sendirian menjadi saya. Bahwa disuatu tempat yang tak terbatas itu ada yang bernasib sama dan mencari keamanan seperti saya. Kalau ada mungkin saya akan merasa sedikit lebih aman dan saya ingin mas sebagai lelaki malam sebisa mungkin membuat dia merasa lebih aman seperti mas buat saya kalau mas menjawab dia ada.
Mungkin ada mas disuatu tempat. Kalau alam semesta tak hingga kan disuatu titik pasti ada kejadian yang berulang mas. Mungkin ada yang serupa persis dengan mas. tapi akhirnya itu berarti kan mas iru sendiri?
Iya juga ya.
Ya lagipula akan tidak relevan mas karena jaraknya akan jauh sekali. Lagipula buat apa mas iru cari keamanan jauh-jauh kalau bisa cari keamanan yang dekat?
Susah mas. Lagian siapa tau nanti ada alat buat jalan-jalan ke bintang yang kecepatannya bisa dalam tahunan cahaya.
Perjalanan seperti itu mungkin ga ya mas?
Gatau juga. Kan mas yang laki laki malam.
Kan mas yang ngajar SMA
Dan malam pun makin larut. Motor masih belum masuk ke rumah. Dan Pintu masih belum terkunci. Tapi adanya semilir angin, bulan yang sudah tidak lagi pucat malu, dan adanya teman bicara meski tak lagi diiringi permainan suling anak tetangga, membuat saya makin malas bergerak turun.
Dia menambahkan : Perjalanan bintang itu sulit mas meski pun sudah ada alat transportasi berkecepatan tahunan cahaya. Karena sebelum pergi kita harus tahu dulu mau pergi kemana. Dan agar kita tau kemana kita mau pergi bukan kita harus menganalisa dan menilai apakah tempat yang kita tuju sesuaikah dengan tempat yang ingin kita jadikan tujuan?
Kita bisa cek pakai teleskop Bintang super besar kan? sekarang sudah banyak kok.
Tapi mas. Karena bintang yang kita lihat itu jaraknya tahunan cahaya, mungkin sekarang itu bukan lagi apa yang kita lihat. Karena yang kita lihat itu adalah masa lalu dari bintangnya mas. Nanti kalau kita sudah menentukan tujuan perjalanan dan ternyata tujuannya tidak sesuai kriteria tempat yang ingin kita tuju, bukannya cuma kecewa yang kita dapat?
Bener mas. I can relate to that.
Nah. Permennya boleh mas?
Dia menunjuk ke bungkus permen yang ada di karpet. Juga bekas saya mengajar. Tentu saya persilakan. Karena saya adalah tuan rumah yang baik. Melihat dia makan permen saya juga ingin. Maka saya ambil satu permen. Saya baca tulisannya. " Please deh.." tulisan dari bungkus permen itu. Fortune Cookies murahan.
Kira-kira cahaya macam apa ya yang bumi pancarkan? saya lanjut bertanya
Iya cahaya yang cuma bumi bisa pancarkan.
Kalau ada wujud kehidupan lain di luar sana, mungkin mereka juga mengamati semesta dari teleskop bintang mereka sendiri. Dan kalau gitu, apa ya yang mereka liat ketika mereka ngeliat bumi.
Masa lalu bumi mas yang jelas.
Mungkin kita perlu melakukan perjalanan angkasa bukan untuk pergi kemana mana. Mungkin kita bisa jalan-jalan untuk liat bumi dari jauh, dan liat cahaya apa yang bumi pancarkan. Apa masa lalu bumi. Apa masa lalu kita. Apa yang kita perbuat. Apa bisa bikin kita bangga. Apa ngga. Apa yang bisa dipelajari..
Apa perlu kita keluar angkasa cuma untuk itu mas iru?
Iya juga kayaknya ga perlu, ga saya bilang cuma dalam hati. Aah ya inilah malam. Ini hal yang dia lakukan. Rasa aman yang disediakan oleh siang, ditelanjanginya bulat-bulat. Dan kemudian dia pun pamit pergi. Meninggalkan saya sendiri lagi. Dan motor masih belum masuk. Duh nanti hilang lagi. Bergegaslah saya meninggalkan balkon.
No comments:
Post a Comment