Mari coba bayangkan bahwa kita adalah sekelompok orang yang cinta alam yang memiliki cita-cita terbesar untuk melihat kawah gunung rinjani yang elok dengan mata kepala kita sendiri. Apa daya kita adalah mahasiswa-mahasiswa sibuk yang tidak punya waktu dan tidak punya uang.
Bertahun-tahun kita puaskan cita-cita kita dengan hanya mendengar cerita-cerita orang yang pernah sampai di bukit kita, di surga kita. Tentang agungnya goa-goa yang disembunyikannya. Dan indahnya danau Segara Anak yang menghampar. Kita dengar cerita perjalanan mereka. Mereka yang berkisah indahnya berangkat dengan kereta untuk selanjutnya menyebrang dengan kapal feri. Mereka yang lain yang bercerita kemudahan untuk menggunakan pesawat terbang. Tapi pengalaman bukan cerita. dan Perjalanan sifatnya pribadi. Memercayai keindahan gunung rinjani, mengimaninya, tidak bisa dilakukan dengan mendengar cerita orang lain saja.
Sedapatnya kita membaca cerita perjalanan dan mendengar kisah tentang keindahannya ataupun mencari gambarnya di internet, itu tidak akan pernah menjadi cukup untuk menjadi citraan di belakang kepala kita. Membaca, mendengar dan membandingkan tidak pernah cukup. Kita, sampai kapanpun, tidak akan pernah dapat melihat gunung jika kita tidak pernah berangkat naik gunung.
Maka kemudian malam ini marilah kita menyusun rencana perjalanan kita. Tentang jalan yang akan kita tempuh. Transportasi yang kita ambil. Apakah jalan darat atau jalan udara. Melalui rute senaru ataupun sembalun. Mungkin sepanjang perjalanan kita akan diliputi rasa cemas dan ragu, tentang rute yang kita ambil. Mungkin sepanjang pendakian kita akan ditusuk rasa dingin dan gigitan serangga. Dan kemudian apabila pada akhirnya kita ternyata tidak sampai disana, kita sudah melangkahkan kaki dari luar kamar-kamar kita. Kita dapat menuliskan cerita perjalanan kita sendiri. Dan kita sudah jadi lebih dekat dengan gunung rinjani, dibanding kita yang membanding-banding dan mematut-matut rute di keamanan temaram lampu kamar melalui buku-buku yang kita baca.
Karena percaya dan patuh, hanya bisa terjadi setelah mendengar. Dan mendengar baru bisa dilakukan setelah membaca. Dan membaca, yang kita lakukan selama ini bukanlah membaca, membaca dimulai dari langkah-langkah bayi yang kita akan ambil. Langkah-langkah yang memang kecil, tapi membawa kita beberapa langkah bayi lebih dekat
menuju gunung rinjani.
maaf lama pergi.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H
Khairu Nuzula
1 Syawal 1435H
28 Juli 2014
0013
No comments:
Post a Comment