Bukannya ga senang kalau makan malam sama kakak setiap nganter ke kosan. Selalu asik, selalu beda. Tapi komentar mama diperjalanan pulang , meskipun hanya main main. Tiga kata yang ganggu konsentrasi. 3 kata yang bikin lupa nyalain lampu sen. 3 kata yang memekatkan kabut imajiner di benak saya. 3 kata yang menambah beban yang ga perlu. " kamu kapan traktir?"
Seperti kapan pun, saya ga pernah sengaja nyetir ke jurang. Apalagi kalo lagi bawa orang. Tapi gatau. bener-bener cuma karena gatau. mungkin seneng dengan kondisi yang gatau. karena ga ada usaha untuk cari tau.
Enggak, nggak cemburu sama kakak. Kakak saya keren. Kakak saya pekerja keras. Saya adik yang beruntung. Meski ga pernah bilang, selalu nunggu apa akhir pekan kakak pulang. Dan bukan karena mau minta makan.
Tapi dibandingin dari kecil, kakak yang ranking. Saya juga sih. Kakak yang ikut macem macem. Pergi ke SD - SMP yang sama. Ketemu guru yang sama. Tinggal dirumah yang sama. Tetangga yang sama. Bayangan kakak selalu melindungi. Enak kan berlindung dibawah bayangan. Adem dan nyaman. Tapi ketika ada di bawah bayangan terlalu lama, bisa jadi silau ketika liat cahaya. Bisa jadi ga pernah liat cahaya.
Bukan bayangannya yang harus dikecilin. Saya yang harus tumbuh besar. I'm working on it.
Jangan pura-pura ga punya pilihan. Kenapa harus pura-pura? Biar ga merasa bersalah karena mengabaikan pilihan yang lain yang sifatnya baik, bermanfaat, dan bermartabat. Benarkah tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain berlutut dan merentangkan tangan kemudian minta diangkat Tuhan? Atau ada satu hal sulit yang bisa jadi jalan keluar tapi terlalu berat untuk dilaksanakan. Lalu lagi, bermain korban memang menyenangkan. Tapi menguras empati.
Mungkin kurang makan, mungkin juga kesalnya sungguh-sungguh. Bukan kesal karena harus melakukan macam-macam. Tapi kesal karena tidak merasa tergerak harus melakukan yang macam-macam. yang kayak gini kan seharusnya semua orang butuh. semua orang bisa. Masa depan sendiri kok. tapi perasaan butuhnya ga pernah datang. kesalnya bukan jadinya harus melakukan yang ga diinginkan. tapi kenapa ga ingin yang sama kayak orang-orang. Padahal kalau ingin semuanya mudah. Punya semuanya buat bikin itu semua mudah kok. Tapi saat ini cuma ingin cookie run dan dota.
Ah sama ingin ketemu raisa. Jelas.
Udah ga pantas ya kayak gini? emang yang kayak gini ga pernah pantas kok. Gimana mau dianggep serius.
“tidak ada yang perlu dimaafkan”
kata perpisahan awan ketika ditinggal titik hujan. Karena memang pada laut lah
butiran air seharusnya bermuara. “Tapi kaulah yang memberikan aku wujud dan
mengkondensasikanku dari uap. Sewajarnya aku tetap tinggal”. Tapi gravitasi
membawanya pergi.
“Maka buatlah kehadiranmu
bermanfaat. Itu akan cukup memaknai pertemuan kita.”
Dan dengan berat hati air hujan
jatuh ke bumi. Sulit dikatakan apakah air menangis karena tangisan pun adalah
air. Hawanya menyejukkan kegerahan. Mengisi celah retakan dan menghilangkan
kekeringan. Mengentaskan dahaga mereka yang kehausan. Alirannya tak kaku dan
menempati segala ruang. Dalam perjalannya ia menyentuh benih-benih di tepian,
memberikan hehidupan.
Perjalannya berakhir di lautan tanpa sudut. Ketika mengenang perjalanannya “Dan tiada perpisahan yang sia sia” batin butiran
air. Hingga Matahari mengizinkan mereka bergandengan kembali.
Semua orang suka olahraga. Bukan
hanya untuk menjaga kebugaran jasmani, tapi juga merawat rohani dengan
berkompetisi. Berkompetisi itu baik. Makanan apa yang lebih sehat untuk ego
kita selain perasaan superior kemenangan ketika habis berkompetisi? Setiap Olahraga
punya daya tariknya masing-masing. Baik itu olahraga laki-laki dengan kontak
penuh seperti sepakbola, american
football , Bola Basket, Gulat Professional, Hoki, atau olahraga bohongan
macam badminton, tennis, golf, atau catur. Para nerd pun punya olahraganya
sendiri seiring dengan berkembangnya sceneE-sport saat ini. CS-GO. HON, DoTA,
bahkan flappy bird berkembang menjadi kompetisi yang dirayakan.
Jadi bagi yang belum mempunyai
hobi untuk berolahraga, pilih satu sekarang. Percayalah itu akan meningkatkan
kesempatan anda untuk menaiki tangga pergaulan sosial. Karena apa lagi yang
lebih keren daripada citra sebagai seorang yang Sporty yang melekat di diri anda ketika anda me-live tweet sebuah
kompetisi sepakbola dengan passion seperti
supporter asli ketika anda menyaksikannya sambil tiduran dirumah? Atau apa yang
lebih nasionalis dibanding membangga-banggakan kontingen Indonesia di Open-open
itu meski anda harus bolos upacara?
Bagi penulis, yang sudah
mengamati dan mengomentari olahraga sejak mengamati dan mengomentari belum
keren, terkadang rasa jemu muncul. Dimulai dari mengenal satu olahraga,
kemudian mengerti aturannya dan memiliki jagoan tim favorit yang populer,
menjadi hipster dan mencari pahlawan yang kurang dirayakan, kemudian menyadari bahwa
itu semua masih membosankan. Ada harga yang harus dibayar ketika terlalu sering
mengamati dan mengomentari. Anda menjadi terlalu kenal dan semua jadi mudah
diprediksi. Olahraga tersebut mulai jadi membosankan. Lalu apa yang harus kita lakukan saat itu semua
terjadi? Haruskah kita berhenti mempunyai hobi?
Penulis punya jawabannya: Mari
berjudi.
Judi dalam olahraga, bertujuan
untuk meningkatkan gairah menyimak olahraga dan juga menyediakan platform bagi
para orang biasa yang gagal menjadi
atlet untuk berkompetisi. Well, if you
can’t brag what you won on the field, brag about the cash you won even if you
aren’t on the field. Anda mempunyai
kekuatan untuk memiliki pendapatan dari usaha orang. It’s so pimp brah.
Ada 3 sikap dalam berjudi. Ektrim
kanan, Moderat, dan ekstrim kiri.
Ekstrim kanan adalah Machiavelli dalam berjudi. The ends justify the means. Mereka berjudi berorientasikan hasil
bukan prosesnya. Maka muncullah berbagai skandal pengaturan skor dan skandal
judi yang harus kita perangi karena menodai sportifitas olahraga yang kita
cintai.
Kaum Ekstrim kiri adalah kaum
anti berjudi. Menganggap berjudi adalah haram. Berjudi itu mencari rezeki
dengan menebak sementara merancang pasar baru dalam pembuatan suatu produk
adalah teknik menganalisis.
Sementara adalah kaum moderat
yang menggenggam hidup. Kaum carpe diem. Kaum yang berjudi karena ingin. Dan
mampu berhenti kala harus. Kaum penggiat olahraga yang mulai bosan dan ingin
menyuntikkan gairah kedalam hobi yang dicintainya. Dan untuk merekalah penulis
berbicara.
Berjudi kadang memang nagih
ketika menang, namun bikin sedih ketika kalah. Sedih yang membuat kita
penasaran sehingga ingin mencoba lagi. Ya nagih juga intinya. Lalu bagaimana
cara berjudi yang benar? Supaya tidak berakhir seperti video DEP diatas. Ini adalah pro betting tips buat kalian para amatir
judi.
a) Judilah secukupnya
ingat, berjudi itu pangkal
kemiskinan. Itu kalau kalah terus menerus dengan mempertaruhkan seluruh harta
untuk kehidupan lewat berjudi. Maka jadi moderatlah dalam berjudi. Judi
secukupnya. Jangan taruh beasiswa universitas anda untuk berjudi. Jangan. Ingat
cerita fans arsenal di afrika yang jadi homeless ketika Arsenal kalah melawan
United? Itu berlebihan. Masih untung fans Arsenal ini yang kalah. Kalau
sebaliknya akan jadi lebih heboh beritanya Karena fans united mempertaruhkan
istrinya.
Berjudilah hanya untuk
meningkatkan gairah, bukan untuk mencari penghidupan. Maka anda akan aman.
Alokasikan harta anda perbulannya yang diperuntukkan untuk berjudi. Jika dana
tersebut sudah habis dikarenakkan kalah yang beruntun, percayalah bahwa anda
adalah orang bernasib buruk yang tidak cocok untuk berjudi. Jangan paksakan
takdir. Cari cara lain untuk kaya. Ikut seminar sukses atau MLM misalnya.
b) berjudilah melawan tim
kesayangan anda
Apa yang lebih menyenangkan
dibanding melihat tim kesayangan menang? Kebanggaan yang dirasakan ketika tim
yang merchnya anda pakai kemana-mana mengangkat piala. Bragging rights yang dimiliki untuk membuat kawan anda inferior
terhadap sesuatu yang bukan anda yang lakukan. Dada yang bidang dan langkah yang
lebar di hari senin ketika semua orang menghormati anda sebagai penonton yang
menang. Jawabnya tentu : uang. Yang banyak.
Jadi, bertaruhlah melawan tim
kesayangan anda. Paling tidak ketika anda kalah, anda mendapat kompensasi
berupa uang. Dan ketika anda menang, anggaplah itu sebuah harga yang harus anda
bayar. Kalau anda benar mencintai tim anda, sedikit harta tentu bukan masalah
bukan selama tim anda menang? Lagipula hal itu bisa menjadi salah satu pengganti
perasaan berkontribusi nyata anda untuk tim kesayangan. Apalagi kalau merch yang anda miliki itu KW Thailand
sehingga tidak masuk ke pundi-pundi tim.
Dan hey, fans united. Anda bisa
kaya!
c) Beretikalah dalam berjudi!
Pilih pilih lah arena berjudi
anda.
Judi sepakbola? Cool. Judi olahraga lain? Awesome. Judi Capres? Bukan Masalah.
Judi siapa muadzin di mesjid siang ini? Err.. Judi siapa teman anda yang akan
putus cinta duluan? Jangan pernah.
Bro, gue Putus....
YES!! ... eh maksud gue, jeez. But,
YES!!
d) Sisihkan sebagian hasil
kemenangan anda untuk beramal
Imej perjudian sebagai sesuatu
yang merusak moral bangsa dan patut diberantas memang kadang menjadi halangan
bagi nurani kita ketika ingin berjudi. Untuk membersihkannya, sisihkanlah
sebagian kemenangan anda pada mereka yang membutuhkan. Ingat ada hak mereka di
harta yang kita dapatkan. 2,5 % cukup.
Jika anda menang besar, sisihkan
lah lebih banyak. Citra anda terangkat dikalangan musuh judi anda dan juga di
hadapan Dewan Kehormatan Masjid. United menang, Tetangga kenyang. Semua Senang.
e) Shut that conscience
Lakukan apapun untuk membuat hati
kecil anda tenang dalam berjudi. Jika berjudi dengan uang membuat anda merasa
berdosa pertaruhkan lah hal-hal lain. Traktiran makan siang misalnya. Dan
andaipun anda menang, anggaplah traktiran itu sebagai kegiatan pengakraban yang
mempererat tali silahturahmi. Pertaruhkan lah hal-hal yang positif. Misal,
kalau anda kalah anda akan memberi makan 10 fakir. Ingat, anda bertaruh untuk
sensasi ketegangannya. Bukan untuk uangnya. Jangan jadikan judi sebagai sumber
pemasukan. Itu bukan pilihan karir yang sustainable.