“tidak ada yang perlu dimaafkan”
kata perpisahan awan ketika ditinggal titik hujan. Karena memang pada laut lah
butiran air seharusnya bermuara. “Tapi kaulah yang memberikan aku wujud dan
mengkondensasikanku dari uap. Sewajarnya aku tetap tinggal”. Tapi gravitasi
membawanya pergi.
“Maka buatlah kehadiranmu
bermanfaat. Itu akan cukup memaknai pertemuan kita.”
Dan dengan berat hati air hujan
jatuh ke bumi. Sulit dikatakan apakah air menangis karena tangisan pun adalah
air. Hawanya menyejukkan kegerahan. Mengisi celah retakan dan menghilangkan
kekeringan. Mengentaskan dahaga mereka yang kehausan. Alirannya tak kaku dan
menempati segala ruang. Dalam perjalannya ia menyentuh benih-benih di tepian,
memberikan hehidupan.
Perjalannya berakhir di lautan tanpa sudut. Ketika mengenang perjalanannya “Dan tiada perpisahan yang sia sia” batin butiran
air. Hingga Matahari mengizinkan mereka bergandengan kembali.
No comments:
Post a Comment