Labels

Saturday, December 28, 2013

Judul Skripsi, Kegelisahan, dan Kebakuan berpikir

Sudah lama sekali tidak berbagi cerita lewat tulisan di media ini. Saya sibuk nampaknya. Baiklah, biar yang saya ceritakan bisa jadi cerita, makanya sekarang saya mau cerita sesuatu. Agak ga penting sih, tapi emang cerita saya pernah penting?

Iya, saya tidak suka dengan para fundies, theological-fundies. Menurut saya mereka adalah orang-orang bigot, one-track minded, yang perilakunya kayak pupil kalo kata Wendel Holmes. Makin disenterin makin kontraksi. Tau pupil kan yah. Abis kalo denger kontraksi bayanginnya perut doang sih. Dasar ai kamu teh.

Ga tau sejak kapan tidak sukanya, tapi dengan cara saya mendeskripsikan mereka, kayaknya saya udah jadi bigot juga sih. Makanya abis baca-baca ini, baca-baca blog mereka yah, biar berimbang. Soalnya saya ga nulis buat tvone, jadi ga harus berimbang. Eh tv one juga ga berimbang ya. *Namedropping mulu, dasar ga tau malu.

Yang sabar, tulisan saya memang banyak retorika. Tapi substansinya, beugh, ga ada.



Iyaa, gitu, sebel deh. Padahal saya ga anti-theis juga koo. Iyalah, anak pak haji. Kalo anti-theis udah dirukyat sampe item item lehernya. Lah? Itu mah bekam kali. David bekam. Maksudnya saya juga suka baca-baca quran ama terjemahannya, baca buku-buku kajian keagamaan, dan ga satu agama doang, dan ga pernah selesai. Saya juga seneng-seneng aja ko, toh dengan beragama ujungnya kan baik. yang solat , yang misa belajar on time dan komitmen. Yang zakat bisa mengurangi beban orang yang dizakati. Yang puasa mulutnya bau. Tapi gimanapun ya, berhubungan dengan tuhan kan sifatnya pribadi. Maksudnya jikalah percaya kalau tuhan itu lebih dekat dari urat leher, berarti itu hubungan kan personal banget. Ya jadi don’t shove your beliefs aja sih pengennya. Ya kayak orang namu aja. nyuguhin teh kan Cuma sampe ditaro dimeja, ga dicekokin ke mulut, heheh. Iya, waktu dulu aja saya dibilang suka Public Display Affection, kesel deh. lah kalo nyurung-nyurung ke orang soal hubungan yang harusnya personal mah bukan PDA lagi. Itumah ibaratnya ngajak threesome. Ga nyambung emang. Gapapa biar keliatan panjang aja.

Udah pada kesel ya baca ini? Nakal banget sih ru! Gapapa nakal bilang. Daripada bilangnya engga tapi nakal. It is even worse. Screw them.

Iya, itu kira-kira summary pikiran saya pas lagi di perjalanan bareng-bareng keluarga, karena sambil nyopir jadi pikirannya kemana-mana.

Ceritanya sih Liburan ngajaknya,
ternyata kondangan.

Kirain rame banyak sepupu,
orangtua semua.

 Kirain ngajak seneng,
ternyata ngajak jadi sopir doang.

                                                

Iya, terus bokap yang suka ngasih kuliah subuh, tapi jam 7 malem, bilang punya cerita. Gara-garanya bokap cerita itu gara-gara pas lagi tersesat dan nanya jalan ke orang, dikira orang yang ditanya itu cuek. Karena abis ditanya dia malah buang muka. Eh ternyata dia lagi nyari batu buat gambar denah di tanah. Itu ga penting. Seperti bagian lain dari tulisan ini.  Jadi ini cerita bokap:

Ada ibu-ibu di pesawat. Disampingnya duduk lah seorang bapak-bapak yang sudah rada tua. Di sandaran lengan pesawat si ibu, atau ya ga jelas juga lengan siapa kan di pesawat gitu kebayang lah ya, ada sebungkus biskuit yang utuh belum di buka. Karena lapar, si ibu-ibu membuka bekalnya. Ditawarkannya lah bapak-bapak disampingnya sebagai bentuk basa-basi. Bukannya mengangguk dan tersenyum seperti biasa jawaban basa-basi, si bapak ngambil biskuitnya. Si ibu lanjut makan biskuit, si bapak pun juga. berlanjut terus sampai biskuitnya tinggal satu. Si ibu pun bingung. Ga sopan amat ini bapak-bapak. Ditawarin kok tangannya latah. Bapaknya penampilannya rada lusuh memang. Ah paling naik pesawat juga lotre, aduh baru sekarang kecium baunya lagi, ini kenapa bisa naik pesawat ya, mau kemana emang dia? Itu adalah pikiran pikirannya si ibu. Biskuit udah tinggal satu. INI PUNYA GUE! Pikir si ibu. Cita berbuah asa, senyap, kemudian jemari dua insan bertautan di atas bungkus PET kemasan biskuit. Mereka menikah.



Engga bukan gitu endingnya. Akhirnya si bapak ngambil itu biskuit, terus dipotek bagi dua. Silahkan deh bu, kata si bapak sambil nyengir. Kesel, si ibu pun akhirnya pundung sampai pesawat mendarat. Setelah di bagian baggage claim, si ibu pun ingin mengambil sesuatu di tasnya. Tangannya bertemu dengan sesuatu yang hangat dan akrab. Lah ini biskuit gue!

Udah. Bokap saya Cuma cerita sampai situ. Ga ada pesan moral. Ga ada closing statement. Bahkan ga ada cue kalo kami seisi mobil harus ketawa karena itu sebenarnya jokes. Strukturnya sih sudah berset-up dan berpunchline kayak joke. Tapi ga ada penjelasan tambahan. Ga ada epilog.

Jadi apakah si bapak dekil? Apakah si bapak bau? Apa si bapak kayak orang susah? Atau deskripsi si bapak itu adalah karena perspektif si ibu saja? Si ibu sudah menjadi seorang bigot. Bokap memberikan cerita dengan sebuah tafsir yang pas sekali dengan pikiran saya saat itu. Atau saya ngepas-ngepasin aja biar ada bahan tulisan di blog. Gapapa, dimaknai aja yang ada ya ga usah tau benerannya gimana. *lah

We are all bigot to some extend. Nampaknya. Setidaknya itu yang saya lihat. Kalau anggota komunitas, ngomongin anggota komunitas lain. Kalo temen lagi ngomongin mantan. Kalo anak-anak bukan lembaga ngomongin anak lembaga mahasiswa *SUBTLE NAME DROPPING ALERT.  Kadang kadang proses berpikir seorang bigot terlibat tanpa sadar.

“ Ih liat deh dia, sok-sokan nanya mulu di kelas, padahal ngerti juga ngga. Bikin kita lama keluar kelas aja. tuh liat deh, mana nyatetnya pake pulpen lagi. Padahal paling pulpen pilot beli di kopma. Gaya-gayaan banget deh. Kemaren juga gue liat dia pipis di toilet, berdiri coba. Nyama-nyamain gue aja” atau “ ah elah MU, culun dia medioker. Ngandelin satu pemain doang paling. Fans mu sih fans karbit doang ga kenal sejarahnya. Menang juga dibela wasit terus” adalah contoh deskripsi hasil proses berpikir yang terkontaminasi pola pikir seorang bigot. Yah, kalau sudah kesel sama orang atau suatu hal memang mudah mencari cela. Bahkan di sesuatu yang memang bukan cela sekalipun. Mungkin itu bukan cela tapi itu celana. Dan setiap orang pasti pernah berpikir kayak gitu, meski kemudian disusul dengan pikiran beristighfar dan ayat kursi serta al-baqarah sisanya. atau parahnya malah dinikmati dan dijadikan sebuah kredo permanen “i hate you”.

Dan percayalah, kalimat berikut ini saya buat bukan untuk para fundies, bukan untuk beberapa orang, ini adalah untuk sesuatu yang sangat personal, ini untuk saya, kamu, dan semua yang memiliki sesuatu yang bisa dipercaya. Dan percayalah bigot adalah manifestasi ketidakpercayaan atas sesuatu yang dipercaya. Bigot adalah sebuah usaha untuk meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang tidak kita percayai itu jelek. Karena tanpa memiliki rasa benci pada pemikiran yang lain, akan muncul sebuah keingintahuan yang bermuara pada pembelajaran, dan pembelajaran dapat membuktikan bahwa apa yang kita yakini selama ini meragukan. Dalam kata yang lebih singkat, bigot adalah mekanisme pertahanan diri dari orang-orang lemah yang tidak yakin dengan kualitas pribadinya. Jangan bigot sama mantan karena kamu takut sadar kamu yang salah ya *BECANDA YANG SERIUS ALERT.pokoknya jangan bigot.

Asik. Keren juga kan meski udah lama ga nulis. Masih bisa nulis ngaco kayak gini. Lega rasanya kalau habis nulis itu. Abis kalo ngomong jarang ada yang dengerin sih. *GALAU ALERT . kalo nulis kan bisa baca sendiri, terus kontra argumen sendiri. Terus ngobrol sendiri akhirnya kayak orang bego. Gapapa bego yang penting ga bigot.

Udah deh, udah 40 menit aja nih nulis ginian. Mau lanjut belajar buat skripsi lagi. Asik. Meski liburan tuntutan dosbing tetep jalan. Dosbing saya apaan sih. Masayaaa.....


Huuft, istighfar, ayat kursi, al-baqarah. Dan gajadi bigot.

Omong omong pengen deh punya judul skripsi yang indah dan persuasif. Tapi skripsi sekarang udah ada bakunya dan entah siapa yang menyetujui itu jadi baku, pikiran lain yang beda jadi tertolak. Padahal kayak skripsi s-1 dan skripsi sarjana mudanya soe hok gie kan “ Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan” sama “ Dibawah Lentera Merah”. Kuat dan komunikatif. Padahal pengen saya punya judul seperti itu, tapi pasti tidak disetujui dosbing. Karena ada yang sudah baku. Coba bandingkan buku dengan judul “ Studi Kelayakan Perancangan Pabrik Kitosan Berbahan Limbah Kulit Udang dengan Analisis Teknologi dan Keekonomian” sama “ Pelita Dari Pesisir : Analisis Potensi Limbah Kulit Udang” . Akan lebih menarik mana? Tapi sarjana kan biar lulus bukan biar menarik. Ah sudahlah, toh standar baku mempermudah proses kreatif kita. 


Khairu Nuzula
29122013
0101






No comments:

Post a Comment