Labels

Thursday, February 27, 2014

Hidup Setelah Media Sosial

Saya sedang menikmati makan siang yang terlambat hari ini sambil seperti biasanya, mencerdasakan diri dengan menyimak kejadian yang terjadi di pelosok dunia melalui media sosial ketika sebuah pesan dari layanan pesan kilat datang. Itu adalah ayah saya yang sedang dinas diluar kota mengirimkan foto dirinya yang sedang berada di tempat wisata didaerah itu. Kemudian belum terbalas pesan itu tersebut datang lagi pesan yang lain. Dari seorang teman yang berada di dufan. Dan yang dikirimkan adalah foto-fotonya sedang menikmati berbagai wahana disana. How fancy are social media?

Dalam dunia modern dimana batasan jarak diperkosa, informasi menjadi sebuah aset yang berharga. Dan kita, dengan segala sumber daya yang dimiliki, berhak dan berkeinginan untuk menggali aset itu sebanyak-banyaknya. Murahnya gadget dan ongkos jasa yang harus dibayar  hanya mendukung berkembangnya tren ini.

Tuesday, February 25, 2014

Para Peragu

termasuk aku

Tahu kita ini yang paling sakit.
Yang akan kehilangan apa-apa.
Maka peluklah satu dan pejamkan mata.
Dengan belajar mencinta
         kita temukan rumah Dunia

Khairu Nuzula
0152
260214

A Presidential Narrative.

related to SBE UISC. 

It is kind of weird to see the recruitment of SBE Deputy and staff this recent days on @sbeuisc as i never remembered to discuss about that with my board member. Then i remember that it is not up to me anymore. My time as the president of SBE UISC is up. And for what it worth, it was worthwile.

In all honesty it was never my plan to become the president of SBE UISC. I had this certain event that i wanted to organize since i learnt how to organize. Kind of you don’t say statement since SBE UISC was not even existed until my sophomore year. How can you plan for something that not yet existed? But despite the establishment of SBE, my response was lukewarm. Sure SBE, a core-competency-based community was a welcoming presence in oil&gas-heavy specialization of Chemical engineering Department something that i never gave a sniff about. It gave an access of knowledge and information that would be beneficial. But never in my faintest dream i would be involved this much.

I was approached by Ka Pijar, a senior i knew only by the name back then, a senior that grew into one of the people i respect the most in school, to become the vice-president for the newly-assembled board. I wasn’t sure why of all people it was me that asked to take the responsibility as great as vice-president. Guess the lack of human resources which had no shame to hold such position with the exception of myself :p After explained and inquired that my one big goal was still that particular comittee and i would be understood to allocate some of my time to prepare for it in the middle of the tenure, which was given by ka Pijar, i was agree to be the vice-president.

And so it went. The small team of SBE Board of Director 2012, team that consisted of 10 people: Ka pijar, myself, bagas, ka ipi, ka asa, dinda, bundo, asep, felita, and nissa. We were the first board who had full tenure of SBE UISC stewardship. We had no idea which way to go. Any obstacle, any hardship, in all of our inexperience we figured it out with the guidance of the SBE founders. Being a member of that small team, in a position which had no definite job description allowed me to oversaw things that gave me perspectives. The perspective of each division obstacles, of member-community relationship, of legal view and leverage we had as community, of the goal and vision of this community, of weakness and uncertainty as a new organization. And in my responsibility as the vice-president i could, i needed to be able to make decision whenever the more senior board member unavailable due to their more demanding academical obligation. But once again thats more because my undefined job description so i had more free time than other board members :p.

Then the unexpected, SBE grew on me.

Tuesday, February 11, 2014

Menyambut era baru dominasi Chelsea

Ketika membaca berita menyoal Mourinho yang membandingkan Chelsea sebagai kuda kecil dibanding dengan Mobil Jaguar yang adalah Manchester City ketika Chelsea berhasil menang di Etihad medio pekan lalu, saya hanya sedikit terkesan dengan mind games Mourinho yang memang dalam kurun waktu dua tahun ini makin lihai dalam media handling, jauh lebih baik dibanding capres konvensi demokrat dengan segala publicity stuntnya. Ketika kemudian Pellegrini menggigit balik dengan mengatakan Chelsea sebagai klub dengan pengeluaran tertinggi dalam tahun terakhir, respon Mourinho tetap dengan Charm nya yang unik dan istimewa mengatakan bahwa Model Chelsea adalah model yang sustainable. Ini berita lengkapnya :


Mungkin apa yang terjadi memang hanya banter biasa antara dua rival menuju tahta Liga Primer Inggris yang prestisius. Tapi tidak seperti mind games biasanya yang penuh bumbu, yang mengerikan adalah : Mourinho Benar.

Monday, February 10, 2014

Hari Terakhir Menuju Semester Akhir

Jadi beginilah adanya. Besok adalah hari pertama semester 8, yang semoga menjadi semester terakhir saya berkuliah di UI. Terlalu banyak yang sudah dilalui untuk dikilas balikkan dalam satu kesempatan. Beberapa jadi pengalaman berharga yang mengajarkan berbagai hal, beberapa menjadi hal biasa yang memberikan kesempatan untuk pengalaman lainnya menjadi berharga. 

Sebenarnya saya sudah 3 kali mengalami wisuda. Berganti instansi pendidikan. Tapi selama perkuliahan ini. Rasanya saya benar-benar mengalami metamorfosa. Dan setelah perkuliahan ini, saya benar-benar pertama kali dihadapi pilihan. Selama ini sebelum berkuliah rasanya hidup saya sistematis. Menjadi sistematis dengan mengorbankan pilihan. Ketika sekolah tidak ada pilihan lain selain bangun jam 5 pagi dan pulang pada jam pulang sekolah. Setamat SD tidak ada pilihan lain selain masuk SMP. Lulus SMP Masuk SMA. Lulus SMA masuk universitas. Tidak ada pilihan lain selain pakai seragam yang berkesesuaian dengan hari. Kemudian, saya diperkenalkan pada ketiadaan keteraturan. 

Friday, February 7, 2014

Api Unggun



Haruskah ditinggal pergi jika akhirnya sendiri. Tahun-tahun menali rasa itu pun meninggalkan rahasia. Ada yang bilang, cukup malam ini kita jangan sembunyi. tapi yang begitu itu buat apa dibagi.

Sebenarnya aku masih harap kita bisa ketemu lagi, sekarang atau kapan-kapan pun boleh jadi. Tapi jikalau itu jadi malam terakhir kita sama-sama duduk menghampar sampai kapanpun aku tetap senang. Karena pengalaman itu sifatnya pribadi.

Kabut menyelimuti luar dan dalam villa.