Saya tidak pernah ingin menjadi
pribadi yang pencemas. Jika bisa, tiap saat pasti pikiran-pikiran ini saya
fokuskan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah yang diberikan yang pastinya bisa
saya kerjakan lebih cepat, dengan nilai yang lebih baik sehingga bisa kerja
dengan lebih layak dan membeli pelangi untuk mama sehingga mama tidak perlu
kehujanan untuk sekedar menafsir indah. Bukan mau saya menjadi mudah teralih.
Tapi di malam-malam seperti ini, tugas kuliah sama sekali tidak menggoda.
Akhir Oktober selalu jadi waktu
yang berat untuk kuliah. Akhir oktober adalah waktu rilis game Football Manager. Bukan Cuma itu, Akhir
oktober adalah waktu mengenang. Oktober
2011. 22,23,24 Oktober 2011. Bukan mengecilkan keberadaan dari hari-hari dari
jejeran tahun yang lain, saya tahu rasanya dikecilkan, tapi tanggal dan hari
itu akan jadi yang teristimewa. Rasanya hari-hari yang lain mengertilah kalau
saya punya tanggal favorit, kita semua punya kan? Jadi karena sudah dimaklumkan
oleh hari-hari lain maka selamanya hari yang itu akan jadi istimewa.
22,23,24 Oktober adalah tanggal
Pelaksanaan Kegiatan amal Departmen Teknik Kimia Chemical Engineering in
Charity yang disingkat jadi Cherry, edisi 2011. 22,23,24 Oktober adalah
lebarannya saya dengan bulan romadon sepanjang musim panas yang mengawali.
Saya, kecil, polos, dan bersemangat
menyerap apa yang ditawarkan oleh sistem, diamanahkan menjadi Ketua Pelaksana
Cherry 2011. Dengan niatan belajar, memberi, dan menerima, melaksanakan peran
tersebut dengan segenap kekuatan yang ada. Niatan belajar. Belajar menjadi
ketua. Belajar menempatkan diri dalam kelompok, dan menempatkan orang lain
juga. Belajar bernegosiasi dengan berbagai kepribadian untuk memaksimalkan
kemampuan orang-orang hingga tercapai suatu tujuan. Memberi. Memberi Kesempatan
untuk teman-teman saya untuk saling kenal. Memberi sebuah pengalaman pada
angkatan 2010 untuk mengorganisir suatu kegiatan amal yang tidak ortodoks.
Memberi manfaat pada orang-orang yang bahkan belum pernah dikenal sebelumnya,
orang-orang yang diperiksa kesehatannya secara gratis, anak-anak yang disunat,
bapak-bapak yang diacak-acak halaman rumahnya tapi malah gembira karena
diacaknya dijadikan kolam lele, anak-anak sekolah dasar yang disuruh masuk
sekolah pada hari sabtu yang harusnya libur tapi masuk dengan gembira karena
bisa main dan belajar dengan cara yang mungkin belum pernah mereka rasakan
sebelumnya. Menerima. Menerima afeksi dari teman-teman satu kepanitian, yang
dari hanya kenal nama jadi dekat. Dekat jadi akrab. Akrab jadi ketergantungan
satu sama lain dan tak bisa dijauhkan. Menerima bimbingan dari kakak-kakak
senior. Menerima identitas sebagai Ketua Pelaksana acara amal di Departmen.
Niat yang idealis, ideal dengan
ide saya saat itu. Sebagian orang pernah pada faseseorang idealis satu titik dalam
hidupnya. Beberapa beruntung tetap disana.
Banyak yang diusahakan untuk
menjalankan peran itu. Mengurangi waktu main, waktu tidur, waktu belajar supaya
menjamin Cherry mendapatkan waktu yang ia butuhkan untuk menjadi seperti apa
yang dirancang untuknya: besar, bermanfaat, dan bermakna. Menyemangati
teman-teman yang bersama-sama merancang, menyiapkan, dan menjalankan Cherry.
Berjibaku menutup kerja teman-teman yang ingin membantu Cherry tapi mulai
tertawan oleh kewajiban mereka yang lain. Keluar, secara harfiah, Darah,
keringat dan Air mata. Mengorbankan waktu dan materi. Bahkan motor saya hilang
saat rapat teknis h-1. Saya pulang diantar seorang kakak senior, minta maaf ke
orangtua, mengambil baju ganti, dan kemudian berangkat lagi untuk menginap di
kosan teman agar tidak terlambat keesokan harinya.
But for what it was worth, it worthedwhile. That was the definite best
moment of my short current-life.
Saya merasa senang dengan apa
yang saya perbuat. Saya merasa bangga dengan apa yang kegiatan tersebut capai.
Saya senang sempat punya alasan untuk mengenal teman-teman seangkatan lebih
jauh, dan alasan membuat teman-teman senangkatak saling mengenal lebih jauh. Saya
dengan bangga menjiwai peran saya sebagai PO Cherry, ketua pelaksana kegiatan
amal dalam kehidupan sehari-hari dengan tindakan-tindakan kecil yang remeh,
yang masih saya coba sampai sekarang. Saya masih senang jika ada mahasiswa yang
lebih muda yang belum ada waktu Cherry 2011 yang merujuk pada saya sebagai PO
Cherry. Saya masih senang dan akan selalu senang membantu PO Cherry baik itu
pada tahun 2012, atau tahun ini karena saya ingin mereka dan teman-teman mereka
pernah punya apa yang saya punya.
Klise? Bisa jadi.
Hidup adalah menggores sejarah.
Dan beberapa sejarah yang tergores, tidak tergores dengan cukup baik hingga
waktu kuasa mengaburkannya.
Mungkin seperti motor yang hilang
sekarang sudah ada yang baru. Apa yang berlalu, akhirnya berganti. Saya,
mencengkram kenangan itu sendirian. Ternyata apa yang buat saya berharga tidak
bisa dipaksakan menjadi berharga untuk orang lain. Orang-orang yang diperiksa
kesehatannya, mungkin sudah sakit lagi. Anak-anak yang sunat, tentu bekas
sunatnya sudah mengering. Anak SD yang diajak bermain sambil belajar, pasti
sudah lupa apa yang dimainkan dan diajarkan. Kolam lele yang dibangun pun,
sudah tidak lagi memiliki penghuni. Afeksi-afeksi yang dulu diterima, meski
masih ada, dan saya masih bersyukur karenanya, berkurang intensitasnya. Senior-senior
yang menyemangati, berpindah dan memulai kehidupannya lagi. Sekarang ketika
2010, angkatan saya, menjadi angkatan paling tua tidak ada yang hadir saat
Cherry 2011 kecuali angkatan kami. Tentu saya masih merasa mempunyai kualitas
yang bisa ditawarkan pada teman-teman satu angkatan yang mereka terima, tapi
itu lebih karena mereka merasa sudah terbiasa. Bukan saya mencandu menjadi
pusat perhatian, tapi senang jika merasa signifikan. Itu lumrah disetiap orang.
Pekan uts, bagi mahasiswa tahun
akhir, saya kira tidak akan terlalu berdampak. Mengingat hanya 6 matakuliah yang
saya ambil semester ini. 2 matakuliah adalah matakuliah spesial yang berarti
tidak ada kegiatan perkuliahan di kelas. Ternyata, pekan uts mahasiswa tahun
akhir adalah pekan yang tidak biasa. Tugas UTS dan deadline proposal penelitian
menumpuk dalam satu deadline. Maka ketika usia pekan UTS menghitung hari Kamis,
saya merasa lega. Akhirnya ketika presentasi yang merupakan kewajiban akademis
terakhir UTS berakhir, saya masih sempat main-main bersama teman saya. Membuat
janji untuk mengerjakan suatu proyek bersama 2 orang teman, panggilah Faris dan
Jawa jika harus, dan berencana untuk menemani teman yang lain setelahnya yang
butuh bantuan untuk mempersiapkan perlengkapan untuk acara dimana dia jadi
panitia. Lalu pulang dan tidur secepat
mungkin untuk membayar hutang hari-hari sebelumnya.
Selesai presentasi, saya masih
bisa makan siang dan ngobrol bersama Jawa sambil menunggu Faris yang terlambat
karena hujan turun dan kasihan kalau dia dipaksa menerobos hujan. Selain itu,
Faris juga pastinya tidak mau kalau disuruh menerobos hujan. Apalagi saya dan
Jawa yang nyuruh. Akhirnya, kami memutuskan untuk mulai mengerjakan sebelum
Faris datang karena saya ingat janji saya untuk pergi Sore hari bersama teman
yang lain jadi ingin selesai secepatnya. Disaat seperti itu, ada teman yang
lain datang ke tempat saya dan Jawa mengerjakan tugas. Teman saya yang lain
lagi, Jatuh dari tangga di Departmen katanya. Kami pun segera bergegas menolong
teman yang jatuh itu, teman yang jatuh hingga kakinya terkilir. Parah
nampaknya, saya mencoba mengurangi rasa sakit dengan cara yang saya bisa, bikin
dia ketawa.
Akhirnya ditengah usaha
mengurangi rasa sakit teman saya yang jatuh dan mencari solusi agar dia bisa
pulang, usaha mengerjakan proyek bersama, tidak ada yang berhasil. Teman yang
bersama saya membuat janji sebelumnya untuk pergi sore hari pun datang. Tertagih
tiga tuntutan, saya tahu saya akan mengecewakan orang hari itu. Tidak ada yang
memaksa saya untuk merasa tertuntut, tapi entah kenapa saya merasa tertuntut.
Akhirnya janji dengan teman yang mengajak membeli perlengkapan terpaksa
dibatalkan. Dengan frasa “gapapa ko, santai aja” dia pergi. Saya ga gapapa. Saya
ga santai. Dan akhirnya teman saya yang jatuh memutuskan untuk diurut terlebih
dahulu, dengan mobil teman saya yang lain dia akan pergi. Teman saya yang lain
butuh seorang cowok untuk menemani pergi. Mengingat saya juga masih harus
mengerjakan proyek, yang ingin diselesaikan dengan segera, Faris yang sudah
jauh-jauh dari rumah, saya akhirnya tahu saya harus mengecewakan orang kedua
hari itu. Mungkin sebenarnya tidak masalah juga toh akhirnya ada cowok yang
lain yang bisa pergi menemani, ya dia juga tidak peduli siapa yang pergi
menemani. Toh masih saya tidak bisa mengatakan “ gue ga bisa kalo sore ini mau
ngerjain proyek” ke matanya langsung. Saya merasa malu. Malu ke diri sendiri
karena lebih mementingkan proyek daripada teman yang kesulitan. Tapi proyeknya
juga melibatkan orang lain jadi ga bisa sembarangan ditinggal juga. Mungkin
memang ga harusnya malu, toh Jawa dan Faris nampaknya bersikap biasa ketika
mengatakan tidak bisa ikut menemani, mungkin saya yang terlalu pencemas. Tapi
hari itu adalah minggu terakhir oktober. Dan Akhir oktober memang sulit untuk
melakukan apapun.
Mungkin memang saya tidak bisa
melakukan apapun. Hal besar yang saya banggakan telah saya lakukan pun ternyata
adalah hal remeh yang dilupakan orang-orang setelah satu-dua tahun. Pada
akhirnya, saya menilai diri saya sendiri terlalu tinggi. Pada akhirnya saya
tidak menyelesaikan masalah apapun. Tidak melalui Cherry, tidak melalui
perjalanan menemani teman yang butuh diantar mencari peralatan, bahkan tidak
untuk teman yang jatuh dan dalam situasi yang urgent.
Dan bukankah saya menganggap diri
saya bisa menyelesaikan tugas-tugas dengan cepat kalau saya mau di awal tulisan
ini tadi? Mungkin itu juga pernyataan yang terlalu tinggi. Kadang yang terbaik
juga belum cukup. Lalu, apa guna segala daya? Baiknya berdiam saja.
29 Oktober 2013
Zeusbola merupakan situs bandar terbaik dan sangat populer dikalangan masyarakat.
ReplyDeleteDengan 1 user id, Anda sudah bisa bermain berbagai macam permainan yang ada di zeusbola.
Yok segera bergabung bersama kami dan raih kemenangan anda!
INFO SELANJUTNYA SEGERA HUBUNGI KAMI DI :
WHATSAPP :+62 822-7710-4607