Labels

Thursday, September 5, 2013

Transfer Window, Chaos Theory, A take on Decision

Transfer Window....

Ketika para gila bola mulai berpikir bisa menjalani hidup dengan normal setelah 10 bulan masa satu musim kompetisi selesai, mereka tidak pernah lebih salah. “ Kalian ga bisa semudah itu lolos,” seringai dari The Beautiful Games. Umumnya dibuka sepanjang musim panas yaitu Juli hingga Agustus, begitu peluit terakhir kompetisi ditiup dan setelah pulih dari hangover setelah mabuk berat merayakan trofi baru yang diraih, atau mabuk untuk melupakan kegagalan mendapatkan trofi baru untuk diraih seluruh laki-laki di muka bumi mulai berkeringat dan gemetar cemas menunggu nasib dealing dari tim mereka.

It’s like christmas in footballing sense, they once said. Except it was happened a summer long. Two-months long. It’s more like a Ramadhan Month in footbaling sense. Bulan pelatihan. Bulan mengumpulkan amal. Satu bulan dimana akan menetukan bagaimana satu manusia atau dalam hal ini satu klub berharap dapat menjadi lebih baik untuk satu tahun kedepan. Dan kalau beruntung, mendapatkan satu signing yang merubah sejarah mereka menjadi lebih baik untuk selamanya. The lailatul Qadr.



While, Ramadhan would end in a celebration called Eid Mubarak, Transfer Window has it own celebration. Transfer Deadline Day. Jangan harap tidur di hari ini. Traffic media sosial membludak. Gosip Bertebaran bagai anai anai. Gosip soal pemain anu yang muncul di training ground klub mana. Jim White dished out the opor and ketupat of juicy deals happened in deadline day.

Siapa yang lupa, drama dibalik unveiling That Certain Fernando Torres, yang buru-buru naik helikopter ke Cobham Facilities. Atau lebih jauh lagi Pernyataan Ashley Cole yang hampir kecelakaan ketika mendengar tawaran gaji dari Chelsea dan Gallas yang mengancam akan mencetak gol kegawang sendiri jika tidak dijual. Lebih jauh lagi ada Rooney dan Makelele yang Cuma saya dengar ceritanya karena waktu itu masih kecil.

Yang membuat seluruh hal mengenai window ini menarik adalah betapa setiap kejadian memiliki implikasi. Contoh kecil kepindahan Gallas tadi. Atau misalkan, Mungkin saja Transaksi terbesar bursa ini, Gareth Bale, tidak akan terjadi kalau saja AS Roma ga hilang akal dan melakukan pembelian GERVINHO. Gooners harus berterimakasih pada Winger Arsenal yang gagal memesona di EPL ini karena memulai efek domino besar yang berujung pada pindahnya Ozil.

Pindahnya Gervinho membuat Lamela jadi surplus yang bisa dilepas yang dibeli Spurs membuat Spurs siap untuk move on dari Bale. Walau Ozil masih bisa terima bermain sebagai caedangan satu orang, Isco, Dua orang terlalu banyak untuk Bakat kelas Dunia macam Ozil dan di Tahun Piala Dunia, Ozil memutuskan untuk mencari waktu bermain. Tukar tambah Gervinho dan 36 Juta € untuk Ozil adalah transaksi yang cerdas. Levy takut akan hal ini, makanya dia menunda kepergian Bale dengan berbagai alasan hingga deadline day, sehingga Arsenal tak sempat menyelesaikan kepindahan Ozil. Rumor lain bahkan mengatakan bagian dari transaksi Bale adalah tak ada kepindahan pemain Madrid ke Arsenal yang sepanjang musim panas dikaitkan dengan di Maria dan Benzema.

Implikasi macam ini juga terjadi pada berbagai transaksi sepanjang Deadline Day. Petinggi Chelsea juga tentunya tidak mengharapkan dengan meminjamkan Lukaku ke Everton menyebabkan Fellaini pindah ke MU. Kepindahan Lukaku menyebabkan Anichebe bisa dilepas dengan harga yang cukup untuk mendanai transfer McCarthy, pengganti Fellaini. Andai Lukaku dipinjamkan ke tim lain, MU akan mengakhiri bursa transfer dengan tangan hampa.
Tentunya Spurs jelas tak ingin membantu Arsenal mendapatkan apa yang menurut saya Nomer 10 Terbaik di Dunia. Dan Chelsea juga mengharapkan lini tengah MU tetap membusuk dengan macam cleverley dan Carrick. Tapi meski kadang kita bisa menjaga perbuatan kita, implikasinya ga pernah kita tahu.

Ada seorang ahli matematika yang namanya Edward Norton Lorentz. Beliau adalah pencetus Chaos Theory yang diberi terminologi Butterfly Effect. Kepakan sayap kupu-kupu dapat menyebabkan masuk angin, angin topan di benua lain. Perbuatan sekecil apapun, jika dalam dimensi lain tidak dilakukan. Akan menghasilkan dua kondisi lain yang jauh berbeda.

Football, for me at least, is an allegory of life. Maket kehidupan, yang seperti maket lainnya bertujuan untuk memberi gambaran yang bisa diamati secara komprehensif untuk dapat lebih dipahami. I am not kind of person that fancy 22 men kicking a pulp of rubber for no concrete reason i guess.

Kita senantiasa dihadapkan pilihan. Banyak pilihan yang ditentukan setelah malam-malam risau yang tidak dikunjungi mimpi. Pilihan yang diambil setelah jam-jam perkelahian batin di shower. Pilihan-pilihan dengan konsekuensi besar sehingga butuh konseling dari berbagai pihak sebelum akhirnya kita yakin untuk mengambilnya. Atau pilihan-pilihan remeh yang diambil tanpa atau sedikit pertimbangan. Yang sejatinya punya impikasi besar. Pilihan-pilihan yang nampaknya bersifat pribadi dengan implikasi yang mungkn ternyata bisa jadi mendunia. You are that Important, Jack.

Pilihan untuk divaksin atau tidak divaksin bisa jadi adalah pilihan dari orangtuan bayi. Tapi bayangkan dengan tidak divaksin, dan anaknya terpapar penyakit menular dan akhirnya menular ke anak-anak yang belum memasuki umur vaksin.

Jadi apa artinya kita, saya, harus berhenti mengambil keputusan sehingga tidak perlu menanggung konsekuensinya? Membiarkan siapapun, orangtua, istri, pacar, teman yang mengambilkan keputusan untuk kita sehingga kalau ada impikasi yang tidak diinginkan kita punya tempat untuk menempatkan dakwaan pribadi?

Pilihan itu baik. Pilihan itu menyenangkan. Sampai konsekuensinya datang. But shall we not deciding anymore anyhow by now? I guess not. I hope so though. That must be something good out of those anyway. Golput is Haram now anyway.

11,20
4 September 2013


1 comment:

  1. BOLAVITA Agent dengan 1 user ID untuk semua permainan

    Mari join segera bersama kami GRATIS

    Info hub
    WA:0812 1495 2061

    ReplyDelete